Rumah Adat Gorontalo – Berbicara tentang rumah adat di Indonesia tentu tidak akan pernah ada habisnya, mengingat begitu banyaknya jenis rumah adat yang tersebar di berbagai daerah Indoensia ini.
Salah satu rumah adat dari dataran Sulawesi Utara yang cukup menarik untuk dibahas adalah rumah adat Gorontalo. Rumah yang memang rata-rata konsep bentuk dari bangunannya menyerupai rumah panggung.
Setiap jenis rumah adat tersebut juga tentunya terdapat berbagai keunikan yang cukup membuat banyak orang penasaran.
Bahkan bentuk dari bangunan rumah-rumah adat milik Gorontalo memiliki kesan bentuk yang terlihat mewah. Tidak usah berlama-lama lagi, langsung saja simak pembahasan tentang rumah adat Gorontalo berikut ini!
A. Sejarah Rumah Adat Gorontalo
Rumah Adat Gorontalo merupakan bangunan dengan kultur budaya yang memiliki peranan kuat dan makna religius yang terkandung di dalamnya.
Pada zaman dahulu, Gorontalo diyakini memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Sulawesi.
Peradaban Islam saat itu ketika di masa kesultanan Gorontalo dinilai memiliki pengaruh yang sangat kuat dan meninggalkan banyak bangunan bersejarah di Gorontalo.
Karena memang beberapa bentuk dari bangunan bersejarah ini cukup unik, akhirnya banyak masyarakat Gorontalo menganggap bangunan ini sebagai rumah adat Gorontalo.
Pada awalnya bangunan ini difungsikan sebagai tempat hunian. Namun karena zaman yang semakin modern, banyak dari bangunan tersebut yang akhirnya diubah menjadi balai pertemuan.
Maka tak heran jika bentuk budaya seperti rumah adat menjadi salah satu peninggalan terbesar di Gorontalo.
B. Jenis Rumah Adat Gorontalo
Gorontalo merupakan sebuah daerah yang terkenal akan kultur dan budaya yang dimilikinya. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya rumah adat yang terdapat di Gorontalo.
Jika kita jumlahkan, total dari keseluruhan rumah adat yang berada di Gorontalo berjumlah 4 jenis rumah.
Tentu saja setiap rumah adat tersebut pasti memiliki keunikannya masing-masing. Agar Anda tidak penasaran dengan rumah adat Gorontalo, simak pembahasan di bawah ini.
1. Rumah Adat Dulohupa
Rumah adat dulohupa merupakan sebuah rumah adat yang paling banyak dikenal oleh masyarakat Gorontalo. Kalian dapat menjumpai rumah adat ini di Kecamatan Kota Selatan.
Rumah adat dulohupa masuk dalam kategori jenis rumah panggung. Namun, terdapat perbedaan makna filosofis dari rumah adat ini dengan rumah panggung yang terletak di Sumatra.
Selain itu, fungsi dari rumah adat dulohupa juga cukup unik. Penjelasan lebih lengkapnya berada di bawah, simak ringkasannya berikut ini.
Fungsi Rumah Adat Dulohupa
Ketika dulu, rumah adat dulohupa difungsikan ketika keluarga kerajaan melakukan musyawarah dan sebagai tempat ruang sidang untuk masyarakat yang mengkhianati kerajaan.
Sidang yang dilaksanakan terbagi dalam tiga tahap sidang, yaitu Buwatulo Bala (tahap keamanan), Buwatulo Syara (tahap hukum agama Islam) dan Bawatulo Adati (tahap hukum adat).
Rumah adat dulohupa juga digunakan untuk merencanakan kegiatan pembangunan daerah dan menyelesaikan sebuah permasalahan yang terjadi.
Saat ini rumah dulohupa telah dialih fungsikan sebagai tempat yang dipakai untuk pagelaran upacara adat pernikahan dan pagelaran budaya serta seni bagi masyarakat Gorontalo.
Situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyampaikan bahwasannya di dalam rumah adat dulohupa tersimpan berbagai perlengkapan untuk upacara perkawinan dan pelaminan.
Bahkan di rumah tersebut tersimpan pula beberapa benda berharga yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi.
Ketika zaman kerajaan rumah dulohupa dibangun berdasarkan simbol pengabadian ikrar persatuan antara dua raja, yaitu dari raja Gorontalo dan Limboto.
Filosofi Rumah Adat Dulohupa
Filosofi yang terkandung di dalam rumah adat dulohupa memang cukup menarik untuk dibahas. Selengkapnya mengenai filosofi rumah adat dulohupa adalah sebagai berikut.
a. Anak Tangga
Jumlah anak tangga yang berada di rumah adat Gorontalo dulohupa berjumlah 5-7 langkah yang menyesuaikan dengan arti dan maknanya.
Angka 5 dimaknai sebagai jumlah rukun islam yang mana memiliki 5 perkara yang baik dan harus diterapkan di dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.
Sedangkan untuk tangga yang berjumlah 7 menyasar pada tingkatan nafsu manusia yang memiliki 7 tingkat, yaitu amarah, lawwamah, mulhamah, muthmainnah, radhiyah, mardiyah dan kamilah.
b. Tiang Penyangga
Tiang penyangga atau pilar yang digunakan untuk rumah adat Dulohupa selalu memiliki jumlah sama dan tidak pernah bertambah.
Jumlah tiang penyangga yang digunakan untuk rumah adat dulohupa berjumlah 32. Di Rumah adat dulohupa terdapat dua penyangga utama yang dikenal dengan sebutan wolihi.
Kedua tiang tersebut merupakan gerbang jalan untuk memasuki ke dalam rumah dulohupa ini. Ketika berada di dalam rumah, terdapat 6 tiang penyangga yang memiliki arti sifat baik yang dimiliki oleh masyarakat Gorontalo.
Sifat-sifat tersebut meliputi tenggang rasa, saling menghormati, pengabdian kepada pemimpin, bersikap wajar, patuh pada peraturan, dan taat terhadap putusan.
c. Atap Rumah
Jika kita lihat dengan teliti, atap rumah adat Gorontalo ini sebenarnya memiliki bentuk dua tingkatan. Pada tingkatan awal atap rumah berbahan dari jerami dengan permukaan yang cukup lebar.
Sedangkan untuk bagian atas, atap akan terlihat lebih mengecil sampai akhirnya berbentuk condong lancip keatas.
Bentuk atap seperti ini dimaksudkan untuk menggambarkan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat Gorontalo yang bahwa hubungan dengan Tuhan harus lebih mengerucut ke atas.
Sedangkan untuk hubungan dengan sesama manusia harus lebih melebar ke samping, maksudnya adalah lebih terbuka dan selalu berlapang dada.
d. Ruangan Dalam
Seperti bentukan rumah adat pada umumnya yang rata-rata memang tidak membutuhkan terlalu banyak ruangan.
Namun, sebenarnya terdapat satu ruang khusus yang pada zaman dulu difungsikan sebagai tempat beristirahat oleh para raja atau pembesar kerajaan.
Ketika Anda memasuki rumah adat ini, Anda akan menemukan sebuah Tange lo bu’ulu.
Tange lo bu’ulu merupakan sebuah hiasan yang berada di dinding yang mencerminkan dari tingkat kesejahteraan tiap-tiap penduduk di sekitar kerajaan.
2. Rumah Adat Bantayo Poboide
Sumber: genpi.co
Selanjutnya merupakan rumah adat bantayo poboide. Terdiri dari dua kata, rumah adat ini memiliki makna dan arti tersendiri di balik namanya.
Menurut masyarakat Gorontalo, “bantayo” memiliki arti yaitu balai atau tempat pertemuan. Sedangkan untuk “poboide” memiliki arti yaitu berbicara atau bertukar pikiran.
Jadi, bila kita gabungkan kedua kata ini akan memiliki arti yaitu “tempat pertemuan untuk bertukar pikiran” dapat dimaksud seperti sebuah tempat pertemuan untuk melakukan musyawarah.
Sekarang ini di Gorontalo masih terdapat dua macam Rumah bantayo poboide yang masih aktif digunakan. Jenis yang pertama yaitu Bantayo Poboide lo Lipu dan jenis yang kedua yaitu Bantayo Poboide laliluna.
Untuk lo lipu dapat diartikan sebagai balai pertemuan yang setara kedudukannya dengan kabupaten. Sedangkan untuk laliluna memiliki kedudukan yang setara dengan kecamatan.
Struktur Rumah Adat Bantayo Poboide
Apabila membicarakan mengenai struktur bangunan, pasti di setiap bagian bangunan terdapat sebuah fungsi dan maknanya masing-masing. Berikut beberapa diantaranya yang patut Anda ketahui.
a. Kolong Panggung
Bentuk rumah adat yang satu ini ternyata juga masuk dalam kategori bentuk rumah panggung.
Ketika dulu, pada bagian bawah rumah adat ini sering digunakan sebagai area tempat pembuatan kain dengan cara ditenun.
Namun sayang, untuk saat ini kegiatan seperti itu sudah sangat jarang ditemukan.
b. Lorong Utama
Bentuk bangunan rumah adat ini mengusum bentuk yang cukup sederhana. terdapat sebuah Lorong yang merupakan jalan akses masuk menuju ruang yang berada di dalam rumah.
Lorong ini biasanya berbentuk memanjang dan ada di bagian tengah bangunan rumah ini.
Jadi, dapat kita ketahui bahwa lorong ini merupakan akses masuk yang terhubung dengan semua ruangan atau Bantayo pada rumah adat ini.
c. Serambi
Terdapat sebuah keunikan di rumah adat Bantayo Poboide, bahwasannya terdapat serambi di setiap sisi rumah. Jika kita hitung, keseluruhan serambi yang berada di rumah adat ini berjumlah 4.
Serambi-serambi tersebut antara lain, satu terletak di bagian depan, dua serambi terletak di bagian kanan dan kiri, satu serambi lagi terletak di bagian belakang.
Rumah adat Gorontalo ini memiliki banyak serambi difungsikan agar sirkulasi udara dapat dengan baik masuk kedalam rumah.
d. Bantayo
Bantayo merupakan sebuah ruangan yang difungsikan untuk melakukan musyawarah. Jika di rumah adat dulohupa hanya terdapat satu ruangan atau balai untuk berbagai macam kegiatan.
Berbeda dengan rumah adat bantayo poboide yang memiliki beberapa ruang yang dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan.
Biasanya, ruangan yang berada di rumah adat bantayo poboide ini berjumlah genap. Untuk mengakses masuk ke dalam ruangannya pun cukup mudah, kita hanya tinggal berjalan melalui Lorong utama.
3. Rumah Adat Gobel
Sumber: keluyuran.com
Rumah adat Gobel merupakan jenis rumah adat yang berasal dari Gorontalo yang tidak begitu banyak orang yang mengetahui tentang rumah ini.
Penyebab utama rumah ini tidak begitu dikenal adalah karena rumah gobel jumlahnya tidak begitu banyak.
Selain itu, dulunya rumah Gobel hanya dimiliki oleh kerajaan Gobel yang tidak begitu memiliki peranan penting ketika kerajaan masih berdiri di Gorontalo.
Rumah adat Gobel difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan, maka tidak heran jika konsep dan tekstur bangunan ini memiliki bentuk yang khas.
Meski bangunan rumah gobel sudah berusia sangat tua, ternyata bangunan ini masih kuat berdiri bahkan di dalam bangunannya masih tertata dengan sangat baik.
Saat ini, rumah adat ini sudah dialihfungsikan menjadi tempat balai pertemuan, khususnya untuk para tamu adat.
4. Rumah Adat Ma’lihe atau Potiwoluya
Sumber: cerdika.com
Ketiga ini merupakan rumah adat Ma’lihe atau yang biasa disebut oleh masyarakat Gorontalo dengan sebutan Potiwoluya.
Jika rumah adat Gobel di gunakan oleh raja sebagai tempat hunian, maka rumah adat Ma’lihe merupakan tempat hunian bagi para masyarakat biasa.
Memang secara keseluruhan, rumah adat Ma’lihe adalah tempat hunian yang digunakan oleh kalangan masyarakat umum di Gorontalo.
Walaupun rumah adat ini mudah dicari dan dijumpai, ternyata dalam proses pembuatannya bukanlah perkara yang mudah dilakukan.
Ini dikarenakan rumah adat Gorontalo memiliki beberapa filosofi yang harus diikuti ketika pembangunan rumah tersebut. Beberapa diantaranya telah terangkum sebagai berikut.
Filosofi Rumah Adat Ma’lihe atau Potiwoluya
Berikut merupakan filosofi rumah adat yang berasal dari Gorontalo yaitu rumah adat ma’lihe atau potiwoluya.
a. Asal Mula Nama Ma’lihe
Nama Ma’lihe berasal dari bahasa asli Gorontalo yang berarti Mahligai, sesuatu yang ada hubungannya dengan rumah tangga. Oleh sebab itu rumah adat ini terkadang dianggap sebagai penggambaran suatu keluarga.
b. Aturan Pembangunan
Ketika rumah adat ini baru pertama kali dibangun, rumah adat ini tidak diperbolehkan untuk memiliki ruangan lebih dari tiga buah.
Tetapi, sebenarnya rumah adat ini boleh ditambah ruangannya, apabila rumah adat ini sudah ditempati oleh satu keluarga atau lebih.
c. Bentuk Rumah
Bentuk rumah ini menyerupai bentuk persegi panjang, begitu pula dengan seluruh ruangan yang berada di dalamnya. Masyarakat Gorontalo banyak yang mempercayai bahwa di keempat sudut dalam ruangan ini.
Terdapat empat elemen berbeda yang berasal dari alam, keempat elemen tersebut meliputi air, api, tanah, dan juga angin.
d. Kamar Tidur
Dalam rumah adat Gorontalo ini juga diterapkan sebuah aturan, aturan tersebut berisi tentang penempatan kamar tidur laki-laki dan perempuan secara terpisah.
Untuk anak laki-laki jika masih bersama dengan orang tuanya, kamarnya ditempatkan di bagian depan rumah. Sedangkan untuk anak perempuan sendiri, kamarnya terletak di bagian belakang rumah.
e. Tamu
Setiap tamu yang bertandang ke rumah, terdapat tempat yang disediakan untuk menyambutnya.
Apabila tamu yang datang adalah laki-laki, maka pemilik rumah hanya boleh menyambut tamu tersebut di serambi depan rumah saja tanpa diperbolehkan untuk masuk.
Namun, jika yang datang adalah seorang tamu wanita, maka harus menyambut tamu tersebut di dalam rumah.
f. Dapur
Bangunan dapur yang berada di rumah adat Ma’lihe ini biasanya terpisah dari bangunan utama dan terletak di bagian belakang rumah.
Terdapat sebuah jembatan kecil yang menghubungkan antara dua tempat tersebut, yaitu dapur dengan bangunan utama.
Banyak dari masyarakat Gorontalo percaya bahwa dapur merupakan ruangan yang masuk dalam kategori privasi.
Itu sebabnya lokasi dapur ini terletak di belakang rumah dan terpisah dari bangunan rumah adat Gorontalo ini.
Artikel di atas adalah pembahasan lengkap tentang rumah adat Gorontalo. Karena kebudayaan dan kesenian merupakan salah satu peninggalan yang amat berharga.
Seharusnya kita sebagai penerus bangsa bisa tetap menjaga dan melestarikan budaya Indonesia agar tidak hilang. Baca terus artikel lainnya mengenai kebudayaan dan kesenian Indonesia hanya di Lahanamedia.com
Leave a Reply