Rumah Adat Sunda

Rumah-Adat-Sunda

Rumah Adat Sunda – Kebudayaan Sunda di Jawa Barat memiliki banyak keunikan yang eksotis dan jarang terekspos. Banyak rumah adat yang masih terjaga keasliannya yang dapat kita jumpai di beberapa daerah.

Budaya Sunda dikenal sebagai budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah yang diwujudkan melalui gaya bangunan dengan simbol-simbol tertentu, seperti bentuk rumah adat.

Di Jawa Barat, atau lebih tepatnya di kebudayaan Sunda, terdapat 10 jenis rumah adat yang memiliki nilai sejarah tinggi dan memiliki makna yang melekat dalam kehidupan masyarakat di sana.

Jenis rumah adat ini juga memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Rumah adat Sunda yang dimaksud antara lain Badak Heuay, Jolopong, Parahu Kumureb, dan lainnya.

Pada bagian ujung atap terdapat ornamen berbentuk huruf “x” atau “o” yang juga dikenal dengan nama gunting cakar, dan sangat mirip dengan beberapa desain atap pada rumah adat melayu. Untuk lebih lengkapnya, simak penjelasan berikut ini!

A. Tentang Rumah Adat Sunda

Masyarakat Sunda seringkali melestarikan pengetahuan dari leluhur dengan pola hidup tradisional yang selaras dengan alam.

Hal ini kemudian juga diterapkan dalam metode pembangunan rumah mereka, dengan menggunakan bahan-bahan lokal dari batu, bambu, kayu, bahan atap yang didominasi dedaunan palem.

Rumah adat sunda juga kebanyakan sering mengambil bentuk dasar struktur atap pelana atau disebut juga atap ala kampung yang terbuat dari bahan daun (ijuk; ijuk hitam, hateup dedaunan atau dedaunan palem).

Berguna untuk menutupi balok, dinding anyaman bambu, rangka kayu dan bangunan yang dibangun di atas panggung pendek. Variasi atapnya juga bisa berupa atap pelana miring.

Atap pelana dibuat menonjol dan lebih rumit dikenal dengan julang ngapak, artinya “burung yang mengepakkan sayapnya”.

Di bagian samping rumah, lumbung padi yang disebut juga leuit atau dalam bahasa Sunda ini merupakan bangunan penting dalam masyarakat agraris tradisional Sunda. Leuit juga memainkan peran yang sangat penting selama upacara panen seren taun.

B. Jenis Rumah Adat Sunda

Saat ini terdapat 10 jenis rumah adat Sunda yang berada di beberapa tempat. Rumah-rumah tersebut antara lain Badak Heuay, Jolopong, Parahu Kumureb, Jubleg Nangkub, Tagog Anjing, Julang Ngapak, Capit Gunting, Buka Pongpok, Saung Ranggon, dan Kasepuhan.

Masing-masing rumah di atas akan kami jelaskan di artikel berikut:

1. Rumah Adat “Badak Heuay”

Badak Heuay
Sumber: m.merdeka.com

Imah badak heuay merupakan jenis rumah adat sunda yang masih sangat mudah ditemukan di berbagai daerah di Jawa Barat.

Pada umumnya bangunan rumah ini masih banyak digunakan sebagai tempat tinggal misalnya di Sukabumi dan Cianjur. Badak heuay ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti yaitu, badak menguap.

Tidak banyak informasi yang dapat kami cari, karena memang minimnya sumber yang mengetahui tentang sejarah rumah adat sunda ini secara pasti, namun yang jelas bentuknya masih eksis di masyarakat sunda.

Nama rumah adat sunda ini konon pada zaman dulu diambil dari bentuk atapnya, jika kita memperhatikan bentuk atapnya yang melewati bagian depan dan belakang.

Maka kita akan menyadari bahwa atap rumah adat sunda ini melewati bangunan atau menjulur, baik bagian belakang maupun bagian depannya.

2. Rumah Adat “Jolopong”

jolopong
Sumber: popbela.com

Di urutan selanjutnya ada rumah jolopong yang memiliki ciri khas atap yang berbentuk seperti pelana panjang. Rumah ini diberi nama Jolopong karena bagian dalam teras rumah ini sengaja dibiarkan kosong tanpa ada perabotan apapun di dalamnya.

Hanya jika ada tamu, tikar akan diletakkan di area teras. Rumah jolopong sendiri terbagi menjadi beberapa ruangan yang berbeda dan masing-masing memiliki sebutan tersendiri.

Bagian-bagian tersebut meliputi bagian tengah imam atau ruang tamu, teras atau serambi, pankeh atau kamar, dan pawon atau dapur. Rumah jolopong banyak dijumpai di Jawa Barat, khususnya daerah Garut.

3. Rumah Adat “Parahu Kumureb”

parahu kumureb
Sumber: 99.co

Rumah adat selanjutnya adalah Imah Parahu kumureb yang artinya perahu terbalik. Bentuk atap rumah adat ini berbentuk segitiga memanjang, hal ini sesuai dengan bentuk atap rumah adat ini. Rumah ini dibagi menjadi empat desain bagian utama.

Dari depan ke belakang rumah berbentuk segitiga terbalik yang memenuhi kedua atap samping rumah ini. Adapun sisi kanan dan kirinya berbentuk segitiga sama sisi.

Pada bagian atap terdapat dua batang kayu yang menghubungkan sisi yang satu dengan sisi yang lain, sehingga terlihat seperti bentuk segitiga dari depan.

Kekurangan dari rumah adat Parahu Kumureb adalah pada saat musim hujan, rumah ini sering bocor karena banyaknya sambungan pada atapnya.

4. Rumah Adat “Jubleg Nangkub”

Jubleg Nangkub
Sumber: soekarnohatta-airport.co.id

Jubleg nangkub merupakan rumah adat yang memiliki kemiripan dengan rumah adat Sunda Parahu Kumureb. Bahkan rumah ini tidak memiliki banyak perbedaan, artinya semuanya hampir sama.

Namun, rumah ini lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan rumah adat Sunda Parahu Kumureb.

Hanya saja, perbedaannya dapat terlihat di bagian atap karena rumah adat Sunda Jubleg Nangkub memiliki atap yang terlihat lebih bertumpuk dan menghadap ke bawah.

Rumah adat Sunda Jubleg Nangkub sendiri memiliki filosofi yang melambangkan kepribadian masyarakat yang ramah, sopan, dan bersahaja.

5. Rumah Adat “Tagog Anjing”

Tagog Anjing
Sumber: polarumah.com

Rumah adat sunda ini diberi nama “Anjing Tagog” karena bentuk rumah ini yang seperti anjing nagog (anjing yang sedang jongkok atau duduk).

Meski bentuknya mirip dengan rumah panggung, rumah adat “Tagog Anjing” memiliki bentuk pondasi bangunan yang lebih rendah, jika dibandingkan rumah adat Sunda lainnya.

Rumah adat ini memiliki bentuk persegi panjang, bangunannya memanjang dari depan sampai ke belakang dengan atap sorondoy segitiga (atap yang menyambung) dan menyatu dengan rumah.

Bentuk atap sangat berguna untuk melindungi dari paparan sinar matahari atau air hujan agar tidak langsung mengenai bagian dalam rumah.

6. Rumah Adat “Julang Ngapak”

Julang Ngapak
Sumber: popbela.com

Rumah adat ini di berinama Julang Ngapak karena memiliki bentuk atap rumah yang cenderung melebar ke samping seperti burung yang mengepakkan sayapnya.

Dari bentuk atapnya, kita dapat menyadari bahwa terdapat keunikan arsitektur di bangunan ini. Atapnya terbuat dari alang-alang, ijuk, dan daun sagu.

Sedangkan pondasi dan dindingnya terbuat dari campuran kayu dan bambu. Julang Ngapak dapat ditemukan di beberapa daerah di daerah Tasikmalaya dan Kuningan.

7. Rumah Adat “Capit Gunting”

Capit Gunting
Sumber: pastiguna.com

Rumah Capit Gunting merupakan salah satu rumah adat Sunda yang paling kuno, sehingga saat ini sudah jarang ditemukan. Model atap rumah ini membentuk huruf “X” dan menyerupai gunting dalam posisi menyilang.

Hal ini pula yang menjadi alasan kuat mengapa rumah adat Sunda ini dinamakan Capit Gunting. Bahan atap utama biasanya menggunakan daun kering agar bagian dalam rumah terasa sejuk.

8. Rumah Adat “Buka Pongpok”

Buka Pongpok
Sumber: pengajar.co.id

Disebut rumah Buka Pongpok karena rumah ini memiliki pintu masuk yang sejajar dengan salah satu ujung Suhunan (atap).

Dari bentuk rumah ini cukup mirip dengan gaya Buka Palayu yang didasarkan pada keinginan pemiliknya agar posisi pintu menghadap ke jalan.

Jika dilihat dari depan rumah, seluruh batang Suhunan atau atap rumah ini tidak terlihat dan yang terlihat hanya segitiga dari bentuk rumah itu sendiri.

Dalam pembuatannya, desain rumah Buka Pongpok merupakan hasil perpaduan dari jenis rumah adat sunda lainnya.

9. Rumah Adat “Saung Ranggon”

rumah adat sunda Saung Ranggon
Sumber: travelspromo.com

Rumah adat Sunda saung ranggon dapat ditemukan di daerah Cikarang, Bekasi Barat. Berbagai sumber mengatakan bahwa rumah ini dibangun oleh Pangeran Rangga, putra Pangeran Jayakarta yang kemudian datang menetap di daerah tersebut.

Rumah ini diperkirakan telah muncul sejak abad ke-16. Saung Ranggon ini berfungsi sebagai tempat menunggu padi atau palawija dipanen sehingga letaknya di tengah ladang.

Biasanya rumah ini di bangun di atas tanah dengan ketinggian 3 sampai 4 meter. Bangunan ini juga dapat berguna untuk melindungi diri dari binatang buas seperti harimau, babi hutan dan berbagai binatang buas lainnya.

Rumah adat Sunda saung ranggon memiliki luas bangunan 500 meter persegi menghadap ke selatan dan tangga pintu utama dengan 7 buah anak tangga. Kayu dan bambu adalah pondasi penting rumah ini.

Tujuan utama dibangunnya gedung ini adalah sebagai tempat menyendiri dan bersembunyi dari kejaran Belanda. Kemudian beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan berbagai benda pusaka.

Bahkan sekarang tempat ini digunakan sebagai tempat ziarah bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan dalam menghadapi kenyataan hidup.

10. Rumah Adat “Kasepuhan”

rumah adat sunda kasepuhan
Sumber: swiss-belhotel.com

Rumah adat Sunda Kasepuhan memiliki konsep yang memiliki gerbang utama yang mirip dengan gerbang pura-pura Bali.

Rumah adat ini umumnya memiliki 4 tiang. Anda bisa menemukan rumah adat ini di daerah Cirebon, Jawa Barat. Banyak juga yang mengatakan bahwa rumah adat ini mengadopsi bentuk desain dari Keraton Kasepuhan Cirebon.

C. Keunikan Rumah Adat Sunda

Rumah adat sunda memiliki berbagai keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Keunikannya adalah bahwa di Sunda terdapat rumah yang berbentuk panggung. Namun, rumah panggung Sunda ini tidak lebih tinggi dari rumah panggung di Sumatera.

Pasalnya, ketinggian rumah panggung di Sunda hanya berkisar 0,5-1 meter di atas permukaan tanah. Meski ada juga yang tingginya hingga 1,5 meter.

Arsitektur itu sendiri ditandai dengan fungsionalitas, kesederhanaan, kepolosan, dan keseragaman dengan detail yang ditemukan pada penyangga kayu dan dinding rumah. Orang Sunda sering memberi nama sendiri untuk rumahnya.

Nama-nama yang mereka gunakan meliputi nama hewan atau benda yang sering ada di sekitar mereka agar lebih mudah dikenali.

Ada filosofi unik yang terdapat pada rumah adat Sunda. Orang Sunda ketika memiliki rumah panggung, rumah tidak boleh menempel dengan tanah. Dikarenakan mereka menghormati orang yang sudah meninggal dan juga para leluhur.

D. Ciri Khas Rumah Adat Sunda

Ciri Khas Rumah Adat Sunda

Setiap rumah adat pastinya memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri, yang mana ciri khas dan keunikan ini dapat menarik minat masyarakat luas bahkan wisatawan, seperti beberapa contoh berikut.

1. Posisi atau Tata Letak Bangunan

Tata letak bangunan sunda memiliki filosofi yang menarik dimana arah matahari merupakan arah yang baik untuk menentukan posisi rumah.

2. Pondasi

Bagian pondasi umumnya terletak di bawah sudut bangunan. Rumah yang di maksud adalah konsep rumah panggung dengan ketinggian 0,5 – 1 meter di atas permukaan tanah.

Fungsinya untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.

3. Lantai

Ciri khas rumah adat sunda antara lain arsitektur yang sangat unik yaitu dengan menggunakan bambu belah.

Penggunaan bambu ini bertujuan sebagai sirkulasi udara yang dapat masuk melalui kolong rumah. Orang Sunda juga umumnya menyebut bambu ini dengan sepuluh.

4. Dinding

Pada bagian dinding rumah adat ini terbuat dari anyaman bambu yang disebut juga dengan bilik yang memiliki pola lubang kecil.  Bilik ini bertujuan untuk mengalirkan udara agar suhu di dalam ruangan tidak terlalu panas.

5. Plafon

Sementara itu, plafon nya juga terbuat dari bambu. Dengan rangka atap bambu yang berukuran lebih besar dari rangka lainnya. Hal ini juga sering dimaksudkan sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang pemilik rumah.


Meski zaman sudah modern, adat dan warisan budaya tetap harus dijaga dan dilestarikan. Karena semua ini dapat menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa kita. Semoga pembahasan di atas bermanfaat bagi Anda.

Yang masih penasaran dengan kebudayaan dan kesenian lain. Bisa membuka beranda website Lahanamedia.com, karena disana berisi artikel-artikel yang membahas lengkap mengenai kesenian dan kebudayaan.

Alief
Simple, Humble and Learner.