Rumah Adat Yogyakarta – Sebuah tempat yang terkenal sebagai kota pelajar yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, selalu ada cerita unik di baliknya.
Dimulai dengan banyak ditemukannya peradaban Jawa kuno, kebudayaan, kearifan lokal, pariwisata hingga kudapan tradisionalnya yang membuat banyak dari masyarakat Indonesia ingin mengunjunginya.
Membicarakan mengenai daerah Istimewa Yogyakarta tentu tidak sah kalau tidak sekalian mengulas tentang kebudayaan Jawanya.
Terdapat kebudayaan Yogyakarta yang masih tersimpan dan dijaga dengan baik hingga saat ini, salah satu kebudayaan tersebut adalah bangunan rumah adat Bangsal Kencono yang merupakan rumah adat yang bersejarah.
Mending lihat penjelasannya secara lengkap yang berada dibawah ini. Semangat membacanya kak..
A. Sejarah Rumah Adat Yogyakarta
Menurut sejarah, Bangsal Kencono mulai dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I di tahun 1756 di area kompleks Keraton Yogyakarta.
Fungsi bangunan Bangsal Kencono adalah sebagai tempat diselenggarakannya upacara adat, keagamaan dan kesultanan. Bangsal Kencono juga digunakan ketika terjadi penyelenggaraan upacara kenaikan tahta seorang Sultan.
Kala kita lihat-lihat kembali, bangunan Bangsal Kencono memiliki bentuk rumah adat yang hampir persis dengan rumah joglo tetapi dengan ukuran yang lebih luas, karena memang tujuan utama rumah ini adalah sebagai tempat penyelenggaraan acara.
Namun, bukan berarti rumah ini hanya tempat berlangsungnya acara tanpa ada yang penghuninya. Sebenarnya Bangsal Kencono juga digunakan Raja Keraton Yogyakarta dan seluruh anggota keluarganya untuk tempat hunian mereka.
B. Jenis-Jenis Rumah Adat Yogyakarta
Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa jenis rumah adat yang masih dipertahankan. Bahkan ada yang masih digunakan sebagai tempat hunian oleh masyarakatnya.
Bentuk dari rumah-rumah dan nama adat di Yogyakarta juga memiliki kemiripan dengan beberapa bentuk rumah.
Bentuk rumah yang di maksud adalah yang berada di daerah Jawa Tengah, karena adanya keterikatan budaya Jawa yang terdapat di kedua daerah ini.
Berikut beberapa jenis rumah adat yang telah kami rangkum untuk Anda mengenai rumah adat yang berada di Yogyakarta sebagai berikut.
1. Rumah Adat Joglo
Rumah Joglo adalah sebuah rumah adat yang berasal dari Jawa yang paling dikenal di kalangan banyak orang dan jenis rumah ini termasuk dalam jenis rumah adat yang dimiliki oleh Yogyakarta.
Ukuran bentuk bangunan rumah Joglo ini terbilang cukup besar dan kayu adalah material utama pembangunannya.
Terdapat bentuk desain yang cukup unik dari rumah Joglo, keunikannya yaitu penggunaan blandar yang bersusuk melebar ke atas yang juga disebut dengan blandar tumpang sari.
Bangunan ini memiliki tiang penyangga utama berjumlah 4 tiang yang berada di bagian tengah yang disebut saka guru.
Terdapat pula kerangka yang berfungsi sebagai penguat dan penyiku bangunan agar tidak dapat bergeser dari posisinya, kerangka ini biasa disebut dengan sunduk kili.
Posisi peletakan kerangka ini berada pada ujung saka guru dan juga di bawah balok kayu tiang penyangga.
Apabila pada masing-masing sisi terdapat sebuah sunduk, maka sunduk jenis ini akan disebut dengan sebutan kendhit atau ikat pinggang. Desain bentuk dari rumah joglo ini memiliki ukuran bujur sangkat.
Rumah adat joglo terbagi dalam 3 bagian, bagian-bagian telah teragkum dan telah kami sebutkan sebagai berikut.
-> 3 Bagian Dalam Rumah Adat Joglo
- ruang pertemuan atau disebut dengan pendapa
- ruang bagian tengah atau ruang tempat pentas wayang/ringgit yang diberi nama pringgitan
- ruangan pada bagian belakang diberi nama omah njero atau dalem yang digunakan sebagai ruang keluarga
Di dalam ruang keluarga pun masih terdapat 3 ruangan atau bilik, bilik-bilik tersebut meliputi ruangan yang dinamakan sentong kiwo atau bilik kiri, untuk bilik kedua disebut dengan setong tengah atau bilik tengah sedangkan bilik kanan disebut dengan senthong tengen.
Untuk para bangsawan, terdapat sebuah ruangan yang berada di bagian kiri dan kanan ruang keluarga, bangunan ini berbentuk kecil namun memanjang dan sering disebut dengan nama gandok.
Terdapat banyak kamar yang berada di bangunan yang ini. Meski sudah banyak orang yang mengetahui tentang rumah joglo, nyatanya masih banyak orang yang masih mencari informasi lebih mendalam tentang rumah joglo ini.
Seperti halnya berbagai nama jenis rumah adat joglo yang terbagi menjadi 17 jenis rumah adat joglo di Yogyakarta, berikut dibawah ini.
-> 17 Jenis Rumah Adat Joglo
- Joglo limasan Lawakan
- Joglo Sinom
- Joglo Jompongan
- Joglo Pangrawit
- Joglo Mangkurat
- Joglo Hageng
- Joglo Semar Tinandhu
- Joglo Ceblokan
- Joglo Kepuhan Limolasan
- Joglo Lambangsari
- Joglo Kepuhan Lawakan
- Joglo Kepuhan Awitan
- Joglo Wantah Apitan
- Joglo Jepara
- Joglo Kudus
- Joglo Pati
- Joglo Rembang
Rumah induk memiliki 8 bagian penting yang berada didalamnya. Untuk bangunan rumah tambahan hanya difungsikan sebagai pelengkap rumah induk.
-> 8 Ruangan Dalam Rumah Induk
- Pendopo
Sebagai tempat pertemuan atau pengadaan acara-acara penting maupun tidak.
- Pringgitan
Sebagai jalur masuk ke dalam lorong, biasanya digunakan untuk pertunjukan wayang kulit.
- Teras
Berguna sebagai tempat penerimaan tamu dan tempat bersantai.
- Rumah Dalam
Sebagai tempat tinggal keluarga pemilik rumah.
- Senthong Kiwa
Kiwa memiliki arti sebagai kiri, berfungsi sebagai kamar tidur dan gudang penyimpanan makanan.
- Senthong Tengah
Sebagai tempat penyimpanan harta keluarga.
- Senthong Tengen
Tengen memiliki arti kanan, hanya berfungsi sebagai pembagi ruangan.
- Gandhok
Sebagai bangunan tambahan, berada di samping bangunan.
2. Rumah Adat Limasan
Sumber: takterlihat.com
Rumah limasan merupakan rumah adat yang paling banyak dibangun digunakan sebagai tempat hunian oleh masyarakat Yogyakarta.
Rumah ini berbentuk cukup sederhana dan tidak memakan banyak biaya atau terbilang murah ketika pembangunannya. Limasan memiliki arti lain, yaitu limolasan yang apabila diartikan berarti lima belasan.
Rumah limasan terbilang tidak memakan banyak biaya karena pembuatan rumah limasan hanya dengan ukuran molo 3 m dan blandar 5 m.
Molo ialah kerangka dalam rumah yang berada di paling atas yang berbentuk memanjang seperti garis horizontal dan berada di ujung atap. Jika diibaratkan sebagai manusia, molo adalah kepalanya.
Maka dari itu sebelum molo dipasangkan, sebaiknya orang-orang tidak boleh ada yang melangkahinya. Bagian rumah ini jugalah yang dianggap paling keramat bagi kebanyakan orang Yogyakarta.
Apabila kita menggunakan molo dengan ukuran 10 m, maka blandarnya harus memiliki panjang ukuran sekitar 15 m.
Dalam perkembangannya bangunan limasan mempunyai banyak bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan sang pemilik rumah. Berikut telah kami kumpulkan 16 jenis-jenis nama rumah limasan tersebut.
-> Jenis Rumah Limasan
- Limasan Lawakan
- Limasan Gajah Ngombe
- Limasan Gajah Njerum
- Limasan Apitan
- Limasan Klabang Nyander
- Limasan Pacul Gowang
- Limasan Gajah Mungkur
- Limasan Cere Gancet
- Limasan Apitan Pengapit
- Limasan Lambang Teplok
- Limasan Semar Tinandhu
- Limasan Trajumas Lambang Gantung
- Limasan Trajumas
- Limasan Trajumas Lawakan
- Limasan Lambangsari
- Limasan Sinom Lambang Gantung Rangka Kuthuk Ngambang
Ruangan yang berada di dalam rumah limasan ternyata juga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang. Ruang belakang dibagi kembali menjadi 3 bagian, yaitu sentong kiwo, senthong tengah dan senthong tengen.
Jika ada penambahan kamar biasanya akan ditempatkan di sebelah senthong kiwo ataupun senthong tengen. Bagi petani, sentong kiwo lebih difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian.
Sedangkan untuk senthong tengah, difungsikan sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian seperti padi dan ubi-ubian dan senthong tengen digunakan untuk kamar tidur.
3. Rumah Adat Kampung
Sumber: keluyuran.com
Selain rumah adat milik sultan Yogyakarta, ada juga rumah adat yang digunakan sebagai tempat hunian oleh para rakyat.
Rumah ini biasanya banyak digunakan oleh para orang-orang yang tidak masuk dalam keluarga bangsawan atau dari kalangan biasa. Rumah adat ini umumnya memiliki bentuk ukuran yang tidak terlalu besar.
Bentuknya menyerupai bentuk bujur sangkar dan kamar yang berada di dalam rumah biasanya berjumlah ganjil.
Sebenarnya terdapat alasan yang kuat mengapa rumah adat ini mengharuskan kamar yang berada di dalamnya harus berjumlah ganjil.
Sebenarnya mereka para masyarakat Yogyakarta banyak yang percaya bahwa rumah yang di dalamnya terdapat kamar yang berjumlah genap akan mendatangkan malapetaka dan bahkan musibah.
Tiang yang berada di dalam rumah kampung biasanya berjumlah 4, 6, 8 dan seterusnya. Atap diletakkan pada dua belas sisi atas rumah dengan hanya memiliki satu bubungan sebagai tumpuan atapnya.
Atap yang berada di sebelah kiri dan sebelah kanan disebut dengan sebutan tutup keyong. Kerangka yang digunakan pada bangunan bentuk rumah kampung meliputi tiang, ander, blandar, penegret, sundut dan molo.
Rumah kampung Yogyakarta mengalami banyak perkembangan yang membuatnya memiliki banyak bentuk yang bervariasi.
Bentuk tersebut terbagi kedalam 9 jenis rumah adat kampung yang bervariasi yang jenis-jenis tersebut telah terangkum sebagai berikut.
-> Jenis Rumah Adat Kampung
- Kampung Klabang Nyander
- Kampung Dara Gepak
- Kampung Pacul Gowang
- Kampung Lambang Teplok
- Kampung Cere Gancet
- Kampung Semar Pinondhong
- Kampung Sroting
- Kampung Lambang Teplok semar Tinandhu
- Kampung Gajah Njerum
4. Rumah Adat Panggang Pe
Sumber: cerdika.com
Ternyata rumah limasan bukan merupakan rumah adat yang paling sederhana, lalu rumah adat apa yang paling sederhana di Yogyakarta?.
Jadi di Yogyakarta terdapat umah yang disebut sebagai rumah Panggang-Pe, banyak masyarakat Yogyakarta yang menyebutnya rumah panggang-pe sebagai rumah adat yang paling sederhana dan paling dasar.
Rumah adat ini dipercaya sebagai rumah adat pertama yang digunakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk melindungi diri dari gangguan udara dingin, terik matahari, panas dan hujan.
Bangunan rumah adat panggang-pe terbilang sangat sederhana karena hanya menggunakan empat hingga enam tiang sebagai penyangganya.
Bangunan rumah adat ini menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu atau papan sebagai dindingnya. Di Dalam rumah adat panggang-pe pun hanya terdapat satu ruangan.
Apabila ada sebuah acara, maka keluarga akan membangun ruangan tambahan yang didirikan di belakang rumah.
Ini merupakan penyebab mengapa rumah panggang-pe memiliki banyak variasi. Semua nama-nama jenis rumah adat panggung-pe akan kita bahas sebagai berikut.
-> Nama Lain Rumah Adat Panggung-Pe
- Panggang-Pe Empyak Setangkep
- Panggang-Pe Cere Gancet
- Panggang-Pe Gedhang Selirang
- Panggang-Pe Barengan
- Panggang-Pe Trajumas
Rumah adat panggang-pe hanya memiliki satu bagian atap yang berbentuk miring. Tetapi, karena semakin berkembangnya zaman membuat rumah ini semakin dikembangkan dengan menambah ukuran panjang dan lebar rumah utama.
Saat ini rumah panggang-pe sudah mulai jarang dijumpai. Namun jika kalian ingin menjumpai rumah adat ini, kalian bisa menjumpainya di beberapa tempat seperti di penginapan, pasar dan pabrik.
Itulah penjelasan mengenai jenis-jenis rumah adat yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Semoga dapat membantu kalian yang penasaran dengan rumah adat Yogyakarta.
Bagikan artikel tentang “Rumah Adat Yogyakarta” kepada teman-teman Anda. Beri tahu mereka, apa yang Anda ketahui.
Leave a Reply