Upacara Adat Jawa Barat – Ternyata Jawa Barat juga memiliki begitu banyak upacara adat yang menyimpan banyak keunikan di dalamnya.
Upacara adat merupakan kekayaan budaya yang patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Eksistensi upacara adat harus dilestarikan, jangan sampai tradisi yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun ini hilang begitu saja.
Dalam hal ini peran masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan mengingat kedua belah pihak memiliki peran yang sama pentingnya.
Tanpa berlama-lama, lebih baik disimak saja ulasan apa saja upacara adat yang ada di Jawa Barat.
Upacara Adat Jawa Barat Paling Populer
Berikut merupakan ulasan megenai upacara adat dari Jawa Barat yang paling banyak dikenal masyarakat.
1. Upacara Adat Jawa Barat Ngalaksa
Sumber: merdeka.com
Ngalaksa merupakan tradisi yang diadakan pada bulan Juni selama setahun sekali. Pelaksanaan tradisi Ngalaksa adalah dengan cara membawa lumbung padi yang di dalamnya telah diisi dengan beras.
Lumbung padi ini akan diangkat menggunakan rengkong atau bambu berongga panjang dengan tujuan yang telah ditentukan.
Tradisi ngalaksa bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen. Kalian dapat menjumpai tradisi ngalaksa di daerah Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat.
2. Upacara Adat Jawa Barat Reuneuh Mundingeun
Upacara reuneuh mundingeun diadakan ketika terdapat sebuah ibu hamil yang usia kandungannya sudah lebih dari 9 Bulan.
Namun, tanda-tanda dari kelahiran sang bayi masih saja belum terlihat. Dalam hal ini akan diadakan sebuah acara adat reuneuh mundingeun.
Pertama, ibu hamil akan dibersihkan terlebih dahulu kemudian diarak keliling rumah sebanyak 7 kali. Setelah berkeliling rumah, ibu hamil baru diperbolehkan masuk ke dalam rumah.
Tujuan diadakan upacara adat ini adalah agar sang ibu bisa cepat melahirkan anaknya. Ada juga tujuan lain agar si ibu tidak disamakan dengan perilaku kerbau saat melahirkan.
Kalian dapat menjumpai upacara adat reuneuh mundingeun di sejumlah daerah di kota Bandung.
3. Upacara Adat Jawa Barat Gusaran
Sumber: anglo-oriental.com
Upacara gusaran akan diadakan ketika sebuah keluarga terdapat seorang anak gadis. Pelaksanaan acara gusaran adalah dengan cara meratakan gigi anak gadis menggunakan alat khusus.
Pada tahap ini, biasanya pada daun telinga milik anak gadis juga akan di lubangi untuk dipasang sebuah anting-anting.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempercantik anak gadis dan membuatnya lebih menawan ketika mulai beranjak dewasa.
4. Upacara Adat Jawa Barat Ngirab atau Rebo Wekasan
Sumber: travelingyuk.com
Upacara ngirab atau rebo wekasan merupakan sebuah upacara yang dianggap memiliki nilai religius yang cukup tinggi.
Pelaksanaanya dengan cara mendatangi atau berziarah ke sebuah petilasan makam milik Sunan Kalijaga. Biasanya dilaksanakan ketika memasuki akhir bulan Shafar dan dilakukan pada hari Rabu sampai hari Minggu.
Pengambilan waktu tadi karena telah dianggap sebagai salah satu waktu terbaik untuk menghilangkan bala dan juga kesialan hidup.
Terdapat pula kegiatan perlombaan mendayung yang diadakan ketika upacara adat ngirab atau rebo wekasan berakhir.
Kalian dapat menjumpai bahkan mengikuti upacara adat ngirab atau rebo wekasan di daerah Sungai Drajat, Cirebon.
5. Upacara Adat Jawa Barat Ngalungsur Pusaka
Sumber: kimcipedes.com
Upacara adat ngalungsur pusaka pelaksanaannya dapat dipimpin langsung oleh juru kunci atau kuncen penjaga benda-benda pusaka.
Berjalannya acara adalah dengan cara mensucikan benda-benda pusaka tersebut. Benda-benda yang dimaksud disini adalah pusaka peninggalan Sunan Rohmat Suci.
Dari sini dapat diketahui juga bahwa tradisi ngalungsur pusaka masih tetap terjaga dan dilestarikan.
Benda pusaka tersebut merupakan simbol konduite untuk mengingat perjuangan Sunan Rohmat Kudus dalam memperjuangkan agama Islam semasa masih hidup.
Karena daerah Jawa merupakan salah satu wilayah tempat penyebaran agama Islam pada zaman dahulu.
Kalian yang berkeinginan melihat secara langsung upacara adat ini dapat menjumpainya di daerah Garut, Jawa Barat.
6. Upacara Adat Jawa Barat Ngunjung atau Munjung
Sumber: mantabz.com
Upacara ngunjung atau munjung biasanya diadakan saat memasuki bulan Suro dan juga bulan Mulud atau terkadang setelah panen padi.
Tradisi ini berlangsung dengan cara mengunjungi atau berziarah ke makam leluhur serta tokoh-tokoh pemuka agama.
Setiap masyarakat diharuskan membawa makanan yang mana nantinya akan ditukar dengan makanan yang di bawah oleh orang lain.
Banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam acara ini dikarenakan setelah acara biasanya terdapat pertunjukan kesenian khas, seperti wayang kulit.
Tradisi ini mudah dijumpai karena terdapat di beberapa kota besar di Jawa Barat, seperti Cirebon, Indramayu dan daerah sekitarnya.
7. Upacara Adat Jawa Barat Bubur Asyura
Sumber: dara.co.id
Pagelaran tradisi bubur asyura diadakan setiap memasuki tanggal 10 Muharram (penanggalan Islam) yang ada hubungannya dengan peristiwa Nabi Nuh as.
Namun, terdapat pula beberapa orang yang mengaitkan pelaksanaan tradisi ini dengan Dewi Kesuburan, yakni Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Pelaksanaan tradisinya adalah dengan cara membuat terlebih dahulu bubur asyura secara bersama-sama dalam satu wajan besar.
Hal selanjutnya yang harus dilakukan setelah bubur matang adalah membagikannya kepada orang-orang termasuk pembuat bubur tersebut.
Untuk tempat pembuatanya dapat dilakukan di luar rumah salah seorang warga, dapat juga di pinggir sungai, lapangan, atau lokasi lain.
Banyak dari masyarakat yang percaya ketika mengadakan acara ini dapat mendatangkan kesejahteraan dan juga sebuah ketentraman. Kalian dapat menjumpai tradisi pembuatan bubur asyura di daerah Cirebon, Jawa Barat.
8. Upacara Adat Jawa Barat Nyalawean
Sumber: beautiful-indonesia.umm.ac.id
Upacara adat nyalawean akan diadakan setelah 12 hari acara peringatan di Keraton Cirebon dan biasanya memakan waktu hingga 5 hari lamanya.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara berziarah ke makam leluhur yang dipercaya dapat mendatangkan kesejahteraan, rahmat dan kebahagiaan.
Acara adat nyalawean bersifat keagamaan yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Upacara adat nyalawean dapat kita temukan di alun-alun Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon, dimana tempat tersebut sering digunakan untuk acara adat ini.
9. Upacara Adat Jawa Barat Seren Taun
Sumber: infobudaya.net
Tradisi seren taun akan digelar ketika telah masuk musim panen. Pelaksanaan tradisi ini dilakukan dengan cara membawa padi dari sawah ke lumbung yang diangkat menggunakan rengkong atau bambu berlubang.
Jalannya acara akan diiringi dengan suara tetabuhan alat tradisional. Tujuan diadakan acara seren taun adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada tuhan atas keberhasilan panen yang didapat.
Masyarakat yang mengikuti acara ini juga akan memohon untuk diberi keberhasilan panen di tahun berikutnya.
Tradisi seperti ini bisa ditemui di daerah Cigugur, Kuningan dan juga Sirnarasa Cisolok Sukabumi yang juga dikabarkan akan digelar pada tahun ini.
Ada prosesi yang disebut dengan “Seba” berisi laporan semua hasil pertanian yang telah dicapai agar para pejabat yang hadir dapat menikmatinya.
10. Upacara Adat Jawa Barat Ngarot
Sumber: radarcirebon.com
Upacara ngarot diadakan ketika telah memasuki waktu musim penghujan atau musim tanam dimulai.
Acara ngarot ini seperti sebuah festival yang mana banyak diikuti oleh anak-anak muda khususnya gadis-gadis dari Indramayu. Pelaksanaannya adalah dengan cara mengadakan arak-arakan ke arah balai desa.
Tujuan pelaksanaan upacara ngarot yaitu sebagai rasa syukur kepada Tuhan dan memohon agar diberkahi dengan hasil panen yang diperoleh nantinya.
Macam-Macam Upacara Adat Jawa Barat
Ulasan berikut adalah pembahasan yang kami ambil dari berbagai sumber media online, simak ulasannya sebagai berikut.
1. Upacara Adat Sepitan atau Khitanan
Sumber: boombastis.com
Pasti sudah banyak yang mengetahui mengenai khitanan. Khitanan merupakan sebuah proses yang bertujuan agar alat vital pengantin sunat higienis dari najis dan juga kotoran.
Bahkan umat Islam meyakini bahwa khitanan adalah sunnah yang harus dilakukan karena sifatnya wajib.
Sedangkan untuk upacara sepitan hanya diperuntukan untuk perempuan, pelaksanaanya sendiri dilakukan ketika anak perempuan masih bayi.
Umumnya acara khitanan dilaksanakan pada anak laki-laki yang telah berusia 6 tahun dan dilakukan oleh dokter atau mantri.
2. Upacara Adat Tingkeban atau Tujuh Bulan
Sumber: orami.co.id
Upacara adat provinsi Jawa Barat yang berkaitan dengan kehidupan manusia lain ini disebut Tingkeban atau Tujuh Bulan. Tingkeban berasal dari kata tinkeb yang memiliki arti tertutup.
Maksudnya adalah ibu tidak boleh bergaul dengan suaminya selama 40 hari setelah persalinan.
Tujuannya adalah agar sang ibu bisa mengurangi porsi pekerjaannya, karena sedang hamil besar. Tradisi adat ini sudah diterapkan ketika seorang ibu hamil tujuh bulan.
3. Upacara Adat Pada Pernikahan
Sumber: idntimes.com
Terdapat tradisi yang diadakan masyarakat Jawa Barat ketika sedang berlangsung sebuah acara pernikahan. Pelaksanaannya bisa dilakukan di awal sebelum dimulainya acara atau sesudah acara pernikahan tersebut.
Tradisi yang biasanya berlangsung di awal sebelum acara pernikahan dimulai meliputi Neundeun Omong, Ngalamar, Seserahan, dan juga Ngeuyeuk Seureuh.
- Neundeun Omong ialah kunjungan dari orang tua sang pria untuk bertemu dengan orangtua wanita.
- Ngalamar adalah proses di mana kedua belah pihak, antara orang tua dari seorang pria dan seorang wanita, membahas apakah anak mereka layak untuk dinikahkan atau tidak.
- Seserahan adalah sebuah simbol yang mana sang pengantin pria bersedia menafkahi calon istri dengan baik, setelah pernikahan.
- Ngeuyeuk Seureuh ialah penyerahan calon pengantin pria ke calon mertuanya untuk segera dinikahkan dengan anak perempuannya.
Ada pun tradisi yang berlangsung ketika acara masih berlangsung seperti Munjungan, Sawer, Nincak Endog, Buka Pintu, serta Huap Lingkung.
4. Upacara Adat Tembuni
Sumber: mimpibaru.com
Tradisi tembuni berasal dari suku Sunda yang mana pelaksanaanya adalah dengan cara mengubur ari-ari milik bayi yang baru lahir.
Sebelum dikubur ari-ari ini akan dibungkus dengan kain putih yang disertai dengan garam, asam, dan gula merah. Tempat untuk mengubur ari-ari ini harus berada di sekitar tempat bayi itu tinggal.
Tujuan dari upacara adat tembuni adalah agar sang anak tumbuh dewasa dengan baik dan dijauhkan dari kemalangan yang bisa menimpa kapan saja.
5. Upacara Adat Nenjrag Bumi
Sumber: mantabz.com
Nenjrag bumi merupakan sebuah upacara adat khas Sunda yang mana sering diadakan oleh masyarakat Bandung, Jawa Barat.
Tujuan dari upacara adat nenjrag bumi adalah agar bayi tidak ketakutan atau gampang kaget ketika mendapatkan gangguan dari luar.
Pelaksanaannya dengan meletakkan bayi di tanah, kemudian tanah akan dipukul dengan palu sebanyak 7 kali dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari bayi.
6. Upacara Adat Ekeh
Sumber: eviindrawanto.com
Acara ekeh ini sebenarnya merupakan sebuah acara yang umum dilakukan oleh umat beragama Islam. Jika kita tinggal di Jawa, istilah yang sering digunakan adalah Aqiqah atau Akikah.
Pelaksanaan acara aqiqah sendiri biasanya dilakukan ketika hari ke 7 atau 14 atau 21 setelah kelahiran bayi.
Tujuan dari diadakannya acara ini adalah untuk menebus jiwa sang bayi dari Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah didapatkan.
Proses berjalannya acara ini adalah dengan menyembelih hewan kambing. Jika bayinya perempuan, maka diperlukan 1 ekor kambing untuk disembelih, sedangkan untuk bayi laki-laki diperlukan 2 ekor kambing.
7. Upacara Adat Nurunkeun
Sumber: anglo-oriental.com
Nurunkeun merupakan salah satu upacara adat khas suku Sunda yang dimana prosesi pelaksanaannya adalah dengan cara mengajak anak bayi keluar rumah.
Menurut masyarakat Sunda ini penting dilakukan bahkan sebagian orang menganggapnya wajib. Pelaksanaan upacara adat ini berlangsung ketika umur sang bayi sudah menginjak umur 7 hari setelah kelahiran.
Tujuannya adalah agar sang bayi dapat mengenali lingkungan disekitar area pekarangan rumahnya.
Setelah keluar rumah, pihak dari keluarga bayi diwajibkan untuk membuat pohon yang pada bagian atasnya digantungkan dengan berbagai mainan.
Nantinya pohon yang telah dipenuhi dengan gantungkan mainan ini akan dijadikan sebagai rebutan oleh anak-anak kecil.
8. Upacara Adat Cukuran
Sumber: gotripina.com
Tradisi cukuran diperkirakan sudah ada sejak lama dimana pelaksanaannya adalah dengan cara mencukur rambut milik sang bayi.
Pelaksanannya sendiri dilakukan ketika bayi telah berusia 40 hari dan ketika acaranya berlangsung biasanya akan diawali dengan puji-pujian.
Tujuan diadakannya tradisi ini adalah agar bayi dapat bersih dari najis dan sehat jasmani dan rohaninya.
Adapun tujuan lain dari tradisi ini ialah agar sang bayi bisa tumbuh menjadi anak yang sehat dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya.
9. Upacara Adat Turun Taneuh
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
Turun taneuh adalah upacara adat yang ditujukan untuk bayi. Pelaksanaannya adalah bayi akan menginjakkan kakinya di sebidang tanah untuk pertama kalinya.
Setelah menginjak tanah, akan diadakan sebuah acara yang mengharuskan bayi untuk memilih apa yang diberikan oleh orang tuanya.
Barang hadiah yang dimaksud bisa berupa beras, emas, uang, dan lain sebagainya. Orang-orang percaya bahwa barang-barang yang telah diambil oleh bayi akan menjadi jalan hidup yang akan diambil oleh bayi tersebut.
Misalnya, jika bayi memilih uang, maka ia akan dimudahkan dalam proses mencari rejeki di kehidupan masa depannya.
10. Upacara Adat Pesta Laut
Sumber: tosupedia.com
Tradisi pesta laut sendiri sering diadakan masyarakat yang berada di pesisir laut pulau Jawa. Tepatnya di daerah Pangandaran, Ciamis, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Indramayu dan Cirebon.
Pelaksanaannya sendiri adalah dengan menyiapkan terlebih dahulu perahu-perahu yang mana perahu ini nantinya akan mengangkut sebuah sesajen.
Bukan hanya sesajen yang di bawah, namun ada juga kepala kerbau yang dibungkus kain putih yang nantinya akan dilempar ke laut.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk simbol hadiah ke para penguasa lautan dan juga sebagai penolak bala.
Tradisi ini diadakan setiap satu tahun sekali dan akan diiringi dengan bunyi alat musik tradisional ketika prosesi acara sedang berlangsung.
11. Upacara Adat Ruwatan Bumi
Sumber: tribunnews.com
Kegiatan pelaksanaan upacara adat Ruwatan Bumi dapat dijumpai di daerah Subang setiap bulan Februari.
Acara Ruwatan sendiri memiliki banyak manfaat, misalnya kenyamanan, menjaga keamanan, dan juga mensejahterakan kehidupan.
Pelaksanaan acara yaitu dengan menampilkan bentuk kesenian seni gembyung pada malam hari. Kemudian dilanjutkan pada pagi hari yang mana masyarakat akan mengarak Dewi Sri ke makam leluhurnya.
Dalam berlangsungnya arak-arakan akan diiringi dengan sebuah kuda kosong, membawa parukuyan, sesepuh, panteret buah kelapa sambil bernyanyi beluk.
Tidak hanya itu, acara ini juga dimeriahkan oleh beberapa kesenian antara lain.
- Seni gembyung
- Penari yang membawa janur
- Penari yang membawa hanjuang
- Pencak silat
- Seni dogdog reog
- Tanji
- Genjring
Upacara ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur, silaturahmi, tolak bala, sekaligus penghormatan kepada leluhur.
Mari bersama-sama kita jaga berbagai jenis upacara adat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke ini.
Sangat disayangkan jika berbagai tradisi yang ditinggalkan nenek moyang kita hanya menjadi sejarah dan tidak bisa terulang kembali.
Leave a Reply