Upacara Adat Jawa Tengah – Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau, tak heran jika di Indonesia terdapat banyak sekali kebudayaan.
Kebudayaan di Indonesia memang sebagian ditujukan sebagai pertunjukan di khalayak umum.
Namun, terdapat beberapa kebudayaan yang mana ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta misalnya, kenduren (selametan).
Kenduren sendiri merupakan sebuah upacara yang berasal dari Jawa Tengah.
Sebagai salah satu suku yang cukup besar di Indonesia kira-kira upacara adat apa saja yang berada di Jawa Tengah? Yuk simak pembahasannya berikut ini.
Macam-Macam Upacara Adat Jawa Tengah
Terdapat banyak jenis kebudayaan di indonesia seperti tarian, makanan, nyanyian, alat tradisional, pakaian hingga upacara adat.
Upacara adat merupakan sebuah kegiatan yang mana di zaman sekarang masih dilestarikan dan menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Sebuah upacara adat juga dapat mempererat hubungan kerukunan antar sesama. Pada umumnya perayaan upacara adat akan dilakukan secara gotong-royong dan pelaksanaannya tidak boleh sembarangan.
Karena tradisi yang akan dilaksanakan merupakan sebuah kegiatan turun temurun dari orang terdahulu.
Upacara adat sendiri bermakna sebuah kegiatan ritual yang dilakukan secara bersama-sama oleh suatu suku dengan tujuan tertentu.
Pastinya di setiap daerah memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda termasuk di daerah Jawa Tengah.
Belum lagi suku Jawa merupakan salah satu suku yang terbesar di Indonesia karena memiliki populasi yang cukup banyak. Berikut merupakan upacara-upacara adat yang berasal dari Jawa Tengah.
1. Upacara Kenduren (Selametan)
Sumber: budaya-indonesia.org
Diperkirakan bahwa upacara adat kenduren atau selametan sudah ada sejak sebelum masuknya agama Islam di Jawa.
Pada zaman dahulu upacara adat ini menyajikan sebuah makan seperti sebuah sesaji yang ditujukan untuk persembahan.
Namun, karena sudah cukup berkembangnya agama Islam di Indonesia terutama di daerah Jawa. Membuat banyak dari ritual yang metodenya telah dirubah agar tidak melanggar hukum dalam Islam.
Metode yang diterapkan pada zaman dahulu sebelum datangnya Islam adalah makanan dalam tradisi kenduren hanya ditujukan untuk sesajen.
Sedangkan ketika Islam sudah berkembang, perubahan yang dilakukan adalah makanan tidak difungsikan sebagai sesaji. Melainkan digunakan sebagai hidangan penutup dalam setiap kegiatan.
2. Upacara Sadran (Nyadran)
Sebenarnya upacara adat yang satu ini berasal dari tradisi agama Hindu-Budha. Namun, sejak Islam menyebar di Jawa Tengah, upacara adat ini diubah menjadi upacara penyambutan bulan Ramadhan.
Sementara itu, bacaan-bacaan yang sebelumnya dari Hindu-Budha juga diganti dengan bacaan-bacaan yang bersumber dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Memang awal mulanya perubahan yang dilakukan tidak begitu dapat diterima oleh kalangan masyarakat Jawa Tengah.
Seiring berjalannya waktu perubahan-perubahan yang dilakukan akhirnya diterima oleh masyarakat Jawa Tengah.
3. Upacara Selikuran
Sumber: dutaislam.com
Dalam bahasa Jawa sendiri selikur memiliki arti angka 21. Upacara ini biasanya diadakan pada malam ke-21 bulan Ramadhan (Lailatul Qadar).
Upacara selikuran berjalan dengan pembacaan doa-doa yang dibacakan langsung oleh pemuka adat misalnya, kyai.
4. Upacara Maulid Nabi (Muludan)
Sumber: travel.okezone.com
Berikutnya merupakan sebuah upacara adat yang bertujuan sebagai bentuk peringatan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Acara dalam upacara ini biasanya berisi mengenai kegiatan pengajian, tausiah dan penyampaian nasihat-nasihat oleh pemuka agama.
Jalannya kegiatan upacara maulid Nabi sendiri biasanya menghabiskan waktu hingga 12 hari berturut-turut.
5. Upacara Wetonan (Wedalan)
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
Upacara wetonan adalah upacara untuk memperingati kelahiran seseorang yang berlangsung dengan dibacakannya beberapa doa.
Ini dimaksudkan agar seseorang yang terlahir bisa panjang umur dan terhindar dari marabahaya di masa mendatang.
Dalam acaranya ini sendiri biasanya tersedia klubun, sebuah makanan simbol dari rasa syukur yang didapat.
6. Upacara Mendak Kematian
Sumber: kompasiana.com
Kegiatan upacara adat yang satu ini biasanya diadakan dalam jangka waktu setahun setelah seseorang meninggal dunia.
Sebenarnya tradisi ini berasal dari Hindu-Budha yang mana telah mengalami perubahan setelah tersebarnya agama Islam di Jawa Tengah.
7. Upacara Nyewu (1000)
Sumber: mycunk.com
Dalam kegiatan upacara nyewu diadakan dengan membaca bacaan doa-doa yang dipanjatkan kepada seseorang yang telah meninggal dunia.
Kegiatan ini sendiri biasanya diadakan setelah 1000 hari seseorang meninggal dunia. Bukan hanya bacaan doa-doa yang dibaca, melainkan juga terdapat bacaan tahlil dan juga surat yasin.
8. Upacara Kematian
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
Kematian merupakan sebuah peristiwa yang pastinya akan terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa.
Di Jawa sendiri terdapat sebuah upacara kematian yang dilakukan sebelum jasad seseorang dimakamkan.
9. Upacara Pernikahan
Sumber: idntimes.com
Bukan hanya upacara kelahiran dan kematian, ternyata di Jawa Tengah juga terdapat sebuah upacara yang juga cukup unik yaitu, upacara pernikahan.
Masyarakat Jawa Tengah sendiri mungkin sudah tidak asing dengan kegiatan seperti ini. Kegiatan upacara pernikahan ini berlangsung pada waktu sebelum dan sesudah acara pernikahan.
Upacara pernikahan ini berisi kegiatan yang diisi dengan bayar tukon, tukar cincin, meletakkan ayam selama proses pernikahan, sungkeman hingga temu pengantin.
10. Upacara Ruwatan
Sumber: travel.tempo.co
Kegiatan yang berlangsung biasanya ditujukan pada anak-anak yang terlahir dengan rambut gimbal. Upacara ruwatan sendiri merupakan sebuah upacara yang berasal dari masyarakat Dieng.
Masyarakat Dieng percaya bahwa seseorang yang lahir dengan rambut berbentuk gimbal dianggap sebagai keturunan buto ijo atau raksasa.
Oleh sebab itu banyak dari masyarakat Dieng melakukan upacara ruwatan agar sang anak terhindar dari bahaya.
Tujuan lain yang juga menjadi alasan mengapa upacara ruwatan diadakan adalah sebagai bentuk pembebasan dan penyucian seorang manusia dari dosa.
Namun, uniknya kebanyakan anak yang berada di Dieng memiliki bentuk rambut seperti gimbal.
11. Upacara Larung Sesaji
Sumber: tripjalanjalan.com
Ternyata masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pesisir juga memiliki sebuah upacara yang bernama upacara larung sesaji.
Upacara adat ini sendiri biasanya diadakan setiap tanggal 1 muharram (Kalender Islam). Kegiatannya sendiri dilakukan dengan menghanyutkan bahan pangan dan hewan sembelihan ke laut.
Ini dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkap yang melimpah dan doa harapan keselamatan.
12. Upacara Ngapati
Sumber: udfauzi.com
Pelaksanaan upacara ngapati biasanya diadakan ketika terdapat wanita hamil yang telah mencapai 4 bulan usia kandungan.
Dalam acara tersebut berisi tentang bacaan-bacaan doa yang ditujukan kepada sang bayi.
Diadakannya upacara adat ini karena masyarakat banyak yang percaya bahwa janin diberi nyawa ketika dia berusia 4 bulan dalam kandungan.
Supaya dapat selamat sampai hari kelahirannya, maka banyak dari masyarakat mengadakan acara untuk mendoakan sang bayi agar terhindar dari mara bahaya.
Yang pastinya juga bertujuan agar sang calon bayi bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang banyak.
13. Upacara Tawuran Sego
Sumber: 1001indonesia.net
Tidak hanya di daerah pesisir saja yang memiliki upacara adat yang unik. Ternyata kawasan yang berada di darat yang jika dilihat memiliki jarak yang cukup jauh dari laut ini memiliki upacara adat yang juga cukup unik.
Upacara yang dimaksud adalah upacara tawuran sego yang dilaksanakan setiap hari besar dalam penanggalan Jawa.
Memiliki makna ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh sang maha kuasa, contohnya seperti mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Upacara tawuran sego berlangsung dengan terlebih dahulu menata nasi bungkus dan lauk pauknya hingga membentuk 7 gunung.
Setelah itu tumpukan nasi bungkus tersebut akan diputar sambil dibacakan doa lalu akan dilempar ke masyarakat yang berada di sekitar tempat tersebut.
14. Upacara Sekaten
Sumber: yoursay.suara.com
Pada zaman dulu, upacara sekaten digunakan oleh Sunan Bonang sebagai media dakwah penyebaran agama islam di pulau Jawa.
Sekaten berasal dari kata syahadatain yang dibaca sebagai selingan untuk menabuh gamelan keraton.
Terdapat pula sebuah kepercayaan bahwa mereka yang memakan makanan yang berada di antara 2 gunung yang telah didoakan oleh para pemuka agama akan mendapatkan sebuah keberkahan.
15. Upacara Tedak Siten (Turun Tanah)
Sumber: tapak.id
Upacara terakhir ini mungkin merupakan upacara yang paling unik dalam pembahasan upacara adat di Jawa Tengah.
Karena pelaksanaannya dilakukan dengan memasukkan anak ke dalam sangkar ayam. Tujuan memasukkan anak ke kandang ayam adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tua atas anaknya yang sudah bisa jalan.
16. Upacara Kebo-Keboan
Sumber: bobo.grid.id
Asal usul dari kegiatan upacara kebo-keboan berasal dari kebiasaan warga yang pada zaman dahulu. Para petani kebanyakan ketika membajak sawah mengandalkan kebo sebagai alatnya.
Karena kebo merupakan sebuah hewan yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan tenaga yang besar. Kata kebo sendiri berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti “kerbau“.
Upacara kebo-keboan dilakukan dengan menyertakan sekitar 30 orang untuk di rias menyerupai kerbau yang sedang membajak sawah.
Selanjutnya ialah mereka akan berjalan mengelilingi desa yang bertujuan sebagai penolak bala untuk hasil tani para petani desa.
Demikianlah pembahasan mengenai upacara adat yang berada di Jawa Tengah. Untuk dapat mengetahui keunikan berbagai upacara adat di Jawa Tengah.
Anda bisa berkunjung ke Jawa Tengah dan tentunya tujuan utama Anda adalah melihat secara langsung upacara adat yang berlangsung di sana.
Leave a Reply