Upacara Adat Toraja – Suku Toraja sejak dulu sudah dikenal sebagai suku yang memiliki beragam kebudayaan yang cukup unik.
Kebudayaan yang dimaksud salah satunya ialah upacara adat rambu solo atau “aluk rambu solo”(ritual pemakaman).
Aluk adalah sebuah adat kepercayaan yang berisi nilai-nilai, aturan, dan ritual tradisional ketat yang sudah ditentukan nenek moyang.
Dalam budaya suku Toraja, upacara adat merupakan sebuah tradisi yang tidak dapat dihilangkan.
Hal ini dikarenakan banyak dari masyarakat suku Toraja masih memegang teguh tradisi peninggalan nenek moyang mereka.
Penasaran ? Yuk, simak pembahasan tentang upacara adat Toraja pada ulasan berikut ini.
A. Upacara Adat Rambu Solo Toraja
Upacara adat rambu solo merupakan sebuah upacara adat kematian yang bertujuan untuk memberikan penghormatan terakhir ke orang yang telah meninggal.
Kematian menurut masyarakat suku Toraja sendiri adalah perpindahan arwah dari alam dunia ke alam roh (Puya).
Untuk itu mayat harus diperlakukan dengan sebaik mungkin oleh pihak keluarga yang ditinggalkan.
Suku Toraja menganggap seseorang benar-benar meninggal ketika dia telah melewati semua prosesi upacara adat rambu solo.
Jika jalannya prosesi upacara adat rambu solo belum selesai, maka orang yang telah meninggal tersebut masih dianggap sebagai orang yang sedang sakit.
Jadi kebutuhan sehari-harinya masih harus disediakan seperti minuman, makanan, dan dibaringkan di tempat tidur.
Upacara adat rambu solo pelaksanaanya bisa memakan waktu beberapa bulan, bahkan bisa hingga bertahun-tahun sejak kematian seseorang.
Karena dalam upacara adat rambu solo membutuhkan biaya yang besar.
Besarnya biaya dari upacara adat ini dikarenakan oleh kegiatan penyembelihan kerbau, babi, dan lamanya prosesi upacara yang harus dilakukan.
Jalannya upacara adat ini memang cukup meriah dan dalam acara memang terdapat hidangan berupa kerbau dan babi.
Jumlah populasi penduduk suku Toraja sendiri diperkirakan mencapai 1 Juta jiwa yang mana tersebar di beberapa daerah di provinsi Sulawesi Selatan.
Keindahan dari Tana Toraja menjadikan daerah ini sebagai salah satu tempat destinasi wisata populer di Indonesia.
B. Tingkatan Upacara Adat Toraja
Jalannya upacara adat rambu solo memang disesuaikan dengan kedudukan dari status sosial masyarakatnya. Pelaksanaan upacara adat rambu solo sendiri terdiri dalam 4 tingkatan.
1. Upacara Adat Dissili
Dissili merupakan sebuah upacara adat yang memiliki tingkatan paling rendah yang mana biasanya ditujukan untuk anak-anak yang belum memiliki gigi. Pelaksanaanya juga terbagi dalam 4 bentuk yang berbeda.
2. Upacara Adat Dipasang Bongi
Dipasang Bongi merupakan sebuah upacara adat untuk rakyat biasa yang berlangsung hanya dalam satu malam dan memiliki 4 bentuk metode pelaksanaan yang berbeda. Salah satunya adalah dengan mengorbankan babi yang berjumlah 4 ekor atau kerbau yang berjumlah 2 ekor.
3. Upacara Adat Di Batang
Di Batang atau Di goya Tedong merupakan upacara adat ditujukan ke kalangan bangsawan ekonomi menengah dan pelaksanaannya terbagi kedalam 3 jenis. Yang mana masing-masing pelaksanaanya berlangsung selama 3,5 dan 7 hari. Hewan babi atau kerbau yang dikorbankan berjumlah 3 – 7 ekor.
4. Upacara Adat Rapasan
Rapasan merupakan upacara adat yang hanya boleh diadakan oleh bangsawan dengan ekonomi yang mumpuni atau tinggi. Pelaksanaannya dilakukan selama 2 kali dalam setahun, yang pertama yaitu Aluk Pia dan yang kedua yaitu Aluk Rante. Upacara adat ini terbagi kedalam 3 jenis, sedangkan untuk babi dan kerbau yang dibutuhkan ini minimal 9 ekor.
C. Tahapan Prosesi Upacara Adat Toraja
Prosesi pemakaman atau rante sendiri diadakan pada tengah halaman kompleks bangunan rumah adat Tongkonan. Upacara adat rambu solo sendiri terbagi dalam beberapa prosesi pelaksanaan, yaitu:
- Ma’tudan Mebalun
Ma’tudan Mebalun merupakan sebuah tahap awal dalam upacara adat ini. Pelaksanaanya yaitu dengan cara membungkus jenazah dengan kain kafan (Dibalun) dan dilakukan oleh petugas medis (Tomebalun atau To Mo Kaya).
- Ma’Rato
Sebuah prosesi yang dilakukan dengan cara menghiasi peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak.
- Ma’Popengkalo Alang
Ma’Popengkalo Alang yaitu prosesi memasukan peti beserta dengan jenazahnya kedalam lumbung yang telah disiapkan untuk disemayamkan.
- Ma’Palao atau Ma’Pasonglo
Sebuah prosesi pengantaran jenazah dari rumah duka menuju tempat pemakaman yang disebut lakkian. Terdapat keyakinan bahwa ketika jenazah diletakkan semakin tinggi maka roh dalam tubuhnya akan semakin cepat menuju ke nirwana.
D. Alat-Alat Dalam Upacara Adat Toraja
Ada banyak alat yang dipergunakan ketika upacara adat rambu solo dari Toraja ini berlangsung, alat-alat tersebut meliputi.
1. La’bo (parang)

Fungsi dari la’bo adalah untuk digunakan sebagai alat menyembelih hewan yang dikurbankan beserta memotong bambu.
2. Talang (bambu)

Fungsi dari talang adalah untuk digunakan membuat bangunan pondok yang mana akan berfungsi seperti dapur namun bersifat sementara. Nantinya bangunan pondok akan digunakan sebagai tempat memasak daging dari hewan yang dikorbankan.
3. Bayu lotong (baju hitam)

Bayu lotong merupakan sebuah pakaian berwarna hitam yang digunakan ke upacara adat rambu solo dan sebagai tanda duka cita atas perginya kerabat tercinta.
4. Sambu’ lotong (sarung hitam)

Suku Toraja meyakini bahwa sarung hitam merupakan sebuah tanda kesopanan dari adap berpakaian yang baik.
5. Sepu’ (tas khas Toraja)

Sepu’ merupakan tas khas Toraja yang terbuat dari kain tenun dengan beberapa aksesoris di ujungnya. Fungsi sepu’ adalah sebagai tempat penyimpanan kapur, sirih, gula dan rokok yang nantinya akan dibagikan kepada para pelayat.
6. Gayang (keris berselimut emas)

Gayang merupakan sebuah keris yang pada bagian ujung dan wadah memiliki lapisan berwarna kuning yaitu emas. Keris sendiri biasanya ditempatkan pada sebuah bangunan pondok dengan jumlah genap dan menghadap ke arah barat sebagai wujud laki- lagi mulia nan gagah.
7. Kandaure (perhiasan)

Kandaure merupakan sebuah aksesoris yang biasa digunakan oleh para wanita untuk mempercantik diri mereka.
8. Bombongan (alat musik)

Bombongan merupakan sebuah alat musik yang berguna sebagai penanda dimulai atau berakhirnya suatu upacara adat.
9. Kaseda (kain merah)

Kaseda merupakan sebuah kain berwarna merah yang digunakan pada perhelatan acara Ma’pasonglo.
10. Tedong (kerbau)

Sebutan lain dari hewan kerbau adalah Tedong. Suku Toraja percaya bahwa tedong atau kerbau merupakan hewan yang istimewa karena diyakini memiliki nilai kesejahteraan yang tinggi. Maka tak heran jika harga kerbau di kawasan suku Toraja ini memiliki harga jual yang fantastis.
D. Gambar Dari Upacara Adat Toraja



Setiap daerah pasti memiliki upacara adatnya masing-masing dengan prosesi yang tentunya berbeda-beda. Upacara adat merupakan sebuah kebudayaan yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Penting bagi Anda mengetahui upacara adat Toraja. Karena dari pengetahuan ini Anda pastinya juga akan dapat melestarikan berbagai upacara adat lainnya di Indonesia.
Leave a Reply